
Belum banyak orang yang mengetahui Alfalfa, apalagi manfaat Alfalfa.
Karena sangat bergizi, tanaman Alfalfa sendiri adalah salah satu pakan ternak terbaik yang sudah digunakan selama ribuan tahun.
Namun, yang sering kita temukan di supermarket adalah kecambahnya, yang punya gizi mirip dengan daunnya.
Berbagai studi telah menunjukkan manfaat alfalfa dalam mencegah beragam penyakit, salah satunya diabetes.
Penasaran? Simak ulasannya berikut ini.
Kandungan Gizi
Sebagai perbandingan, 100 gram kecambah alfalfa mengandung 23 kcal, 4 gram protein, dan 2 gram karbohidrat.
Alfalfa mengandung Omega 3, kaya akan vitamin K
Alfalfa hampir tidak mengandung lemak, tetapi kaya akan asam lemak omega 3 dan omega 6 yang baik untuk tubuh.1
Selain itu, 100 gram kecambah alfalfa bisa memenuhi 38% kebutuhanmu akan vitamin K, 14% kebutuhan vitamin C, dan 9% kebutuhan folat.
Alfalfa juga mengandung berbagai mineral, seperti mangan, magnesium, fosfor, zat besi, dan lainnya.
Ditambah lagi, alfalfa juga mengandung berbagai senyawa antioksidan, lho.
Jadi, dengan total kalori yang sedikit dan zat gizi yang cukup lengkap, alfalfa bisa kamu jadikan sebagai salad dan masakan untuk menu diet, nih!
back to menu ↑Menurunkan Kolesterol
Khawatir akan kolesterol jahat? Alfalfa bisa jadi solusinya.
Sebuah studi menunjukkan, pemberian alfalfa pada hewan uji dapat menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol jahat.2
Nggak hanya itu, studi yang sama juga menyebutkan, senyawa saponin-nya alfalfa dapat mengurangi penyerapan kolesterol di usus halus.
Hal tersebut juga didukung penelitian lainnya, yang menyatakan bahwa alfalfa dapat mengurangi kadar kolesterol dalam ujicoba pada hewan yang asupan kolesterolnya tinggi.3
Bahkan pada studi lainnya, ekstrak alfalfa disebut dapat menurunkan kolesterol jahat pada hewan uji hingga lebih dari 50%.4
Sementara pada manusia, alfalfa dapat menurunkan kolesterol total dan kolesterol jahat hingga 30% setelah 8 minggu pengobatan.5
Kolesterol yang menumpuk dapat menyebabkan penyakit aterosklerosis, yaitu timbunan plak yang dapat menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri.
Timbunan plak membuat darah tidak bisa mengalir lancar dan berisiko menyebabkan serangan jantung serta stroke!
Kesimpulannya, potensi Alfalfa sebagai pengobatan penyakit kolesterol tinggi yang cukup menjanjikan.
Namun, diperlukan studi lanjutan untuk mengetahui efek alfalfa dalam menurunkan kadar kolesterol pada manusia.
back to menu ↑Menurunkan Kadar Gula Darah
Alfalfa juga memiliki efek anti-diabetes.
Suatu studi memperlihatkan, pemberian ekstrak alfalfa pada hewan ujicoba selama 4 minggu mengalami penurunan kadar gula darah.6
Studi lain yang serupa juga menunjukkan efek daun alfalfa dalam menurunkan kadar gula darah pada hewan uji.7
Penambahan alfalfa dalam diet dapat mengurangi kondisi hiperglikemia atau tingginya kadar gula pada hewan diabetes. 6
Nah, tunggu apalagi? Mulai cegah diabetes dengan konsumsi alfalfa.
back to menu ↑Anti-Inflamasi & Anti Radikal Bebas
Inflamasi atau peradangan sering diidentikkan sebagai sesuatu yang buruk.
Tapi, jika prosesnya terjadi secara terus menerus, inflamasi bisa menyebabkan penumpukan radikal bebas yang memicu timbulnya berbagai penyakit.
Untuk itu, kita perlu mengonsumsi makanan sehat seperti alfalfa untuk membantu tubuh menetralisir radikal bebas.
Sebuah penelitian menunjukkan, alfalfa dapat mengurangi produksi radikal bebas dalam tubuh. 8
Hal tersebut didukung oleh penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa ekstrak alfalfa dapat meringankan peradangan pada hewan uji.9
Bahkan, dalam bentuk suplemen, alfalfa juga terpantau bisa menekan produksi senyawa pemicu inflamasi. 10
Oleh karena itu, yuk, sisipkan alfalfa dalam menu keseharianmuuntuk kurangi peradangan dan radikal bebas!
back to menu ↑Meredakan Gejala Menopause
Dilansir dari Healthline, menopause merupakan masa berakhirnya siklus menstruasi pada wanita yang dapat menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh.
Gejala paling umum dari menopause adalah terjadinya semburan panas atau hot flashes, yaitu meningkatnya suhu tubuh hingga membuat kulit menjadi kemerahan, tubuh berkeringat, dan pusing.
Gejala lain yang biasa timbul adalah susah tidur dan depresi.
Walau masih jadi perdebatan, alfalfa mengandung senyawa fitoestrogen yang cara kerjanya mirip dengan hormon estrogen dan dapat meredakan gejala menopause.
Suatu studi pada 20 wanita menopause menemukan bahwa ekstrak alfalfa dapat menghilangkan gejala semburan panas secara efektif tanpa menimbulkan efek samping.11
Manfaat lainnya dari senyawa estrogen pada alfalfa adalah dapat mengurangi susah tidur di malam hari.12
back to menu ↑Cara Konsumsi
Alfalfa tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari kecambah segar, daun, benih, teh, hingga suplemen yang bisa kamu dapatkan dengan mudah dari berbagai marketplace.
Kamu bahkan bisa menanam sendiri benih alfalfa yang juga tersedia di platform belanja online, lho.
Kecambah alfalfa yang masih segar dapat diolah sebagai campuran tumisan, salad, atau isian sandwich.
Untuk dosis yang lebih tinggi, kamu bisa mengonsumsi suplemen alfalfa dengan membelinya di apotek dan tetap berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
back to menu ↑Efek Samping
Meskipun alfalfa memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, tanaman ini juga dapat menimbulkan efek samping, diantaranya:
Memicu Kontraksi Rahim
Alfalfa termasuk ke dalam kelompok herbal yang kurang aman jika dikonsumsi wanita hamil.
Menurut sebuah penelitian, alfalfa dapat memicu kontraksi rahim yang berakibat pada persalinan lebih awal. 13
Menyebabkan Masalah pada Sistem Imun
Alfalfa ternyata juga dapat menyebabkan masalah pada sistem imun.
Menurut penelitian, alfalfa dapat memicu gejala seperti penyakit lupus, yaitu penyakit di mana sistem imun tubuh menyerang dirinya sendiri. 14
Sehingga, penderita lupus dan penyakit gangguan imun lainnya sebaiknya tidak mengonsumsi alfalfa.
Selain itu, kecambah alfalfa yang berada pada kondisi lembab rentan jadi tempat tumbuhnya bakteri.
Bahkan, kontaminasi bakteri pada alfalfa juga sempat menyebabkan wabah di Amerika Serikat. 15
Hal tersebut dapat menyebabkan masalah serius untuk orang-orang dengan sistem imun yang sensitif, seperti timbulnya infeksi.
Menghambat Kerja Obat Pengencer Darah
Kandungan vitamin K yang tinggi pada alfalfa, ternyata tidak selalu menguntungkan.
Meskipun dapat memenuhi 38% kebutuhan tubuh, dosis tinggi vitamin K pada alfalfa dapat menurunkan efektivitas kerja obat pengencer darah seperti warfarin. 16
back to menu ↑Kesimpulan
Alfalfa punya potensi menjanjikan karena berbagai manfaat kesehatan yang dimilikinya.
Selain rendah kalori, kandungan vitamin dan mineralnya yang cukup lengkap membuat alfalfa cocok ditambahkan ke dalam menu dietmu.
Nggak hanya itu, alfalfa juga berperan sebagai anti-diabetes, penurun kolesterol, anti-inflamasi, hingga mampu meredakan berbagai gejala menopause.
Namun, konsumsi alfalfa perlu diperhatikan oleh beberapa kelompok tertentu, seperti wanita hamil, orang dengan gangguan sistem imun, dan orang yang mengonsumsi obat pengencer darah agar terhindar efek sampingnya.
Di samping itu, masih diperlukan lebih banyak penelitian alfalfa untuk mengetahui manfaat, dosis dan efek sampingnya pada manusia.
Jika kamu hendak menggunakan alfalfa dalam jangka panjang atau untuk pengobatan, kami sarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk menghindari efek samping yang mungkin timbul.
Referensi- https://nutritiondata.self.com/facts/vegetables-and-vegetable-products/2302/2[↩]
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC371583/[↩]
- https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/0021915078901508[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22556508/[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3606731/[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9301421/[↩][↩]
- https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/nutrition/article/view/2601[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27445214/[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23631491/[↩]
- https://jbiomedsci.biomedcentral.com/articles/10.1186/1423-0127-16-64[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9677811/[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22067368/[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11950176/[↩]
- https://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/13880209.2010.504732[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25076040/[↩]
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20617421/[↩]